0
1. Pendidikan adalah sangat penting dan merupakan hak setiap anak bangsa. Itulah alasan mengapa sang Ibu Guru Muslimah tetap kekeh mengajar di Sekolah Muhammadiyah, agar dapat menjangkau golongan miskin.
2. Jangan Pernah Menyerah. Judul surat Ikal kepada Lintang. Juga sang Ibu Guru yang berusaha keluar mencari murid kesepuluh, agar sekolah tidak ditutup.
3. Memberilah sebanyak-banyaknya kepada orang lain, bukan menerima sebanyak-banyaknya dari orang lain. Pesan sang bapak kepala sekolah secara berulang-ulang kepada anak didiknya.
4. Memiliki keteguhan dan keyakinan akan prinsip hidup. Kecerdasan hati adalah yang utama, ujar Pak Hafan, sang kepala sekolah yang teguh mempertahankan pendirian sekolahnya.
5. Tetap berjuang walau tidak ada sandaran lagi. Ibu guru Muslimah yang merasa terpukul akibat wafatnya sang Bapak Kepala sekolah akhirnya kembali mengajar walaupun sendiri dan meneruskan perjuangannya.
6. Ikuti kata hati. Flo, akhirnya memilih sekolah dan teman-teman berdasarkan kata hati. Flo, cewek yang tomboi dan anak orang kaya pindah sekolah karena merasa asyik dan bahagia dengan teman-teman di sekolah Muhammadiyah.
7. Jangan menggantungkan nasib pada dukun. Karena nilai sekolah yang terus menurun & tidak percaya diri, Mahar & teman2nya pergi meminta bantuan dukun. Dan sang dukun pun memberikan mantra sakti.
8. Mantra sakti dari dukun. “Jika nak pandai, ya belajar. Jika nak sukses, ya usaha”.
9. Berani tampil beda & unik, tapi juga tidak asal-asalan. Karnaval dari sekolah Muhammadiyah benar-benar unik, walau sempat ditertawakan dengan gaya yang terlihat aneh, akhirnya mereka keluar sebagai pemenang.
10. Tidak malu atau merasa rendah. Walau miskin dan bersekolah di tempat yang tidak memadai, mereka bisa menjadi pemenang dalam lomba cerdas cermat.
11. Belajar Mandiri. Anak-anak telah belajar mandiri sejak kecil, terlihat dari karakter si Lintang.
12. Berani mengekspresikan perasaan. Cinta pertama terasa sangat indah, dan si Ikal tidak malu2 menunjukan rasa sukanya kepada Aling sampai akhirnya bisa ketemu bersama walau sebentar.
13. Mau berteman ( Friendly ). Terlihat pembauran etnis tionghua yang baik di film itu. Akiong membaur dengan baik dan tidak setiap orang tionghua itu orang kaya.
14. Inisiatif. Walau tidak ada guru yang masuk mengajar, anak-anak mengambil inisiatif sendiri untuk belajar bersama.
15. Dermawan. Ditunjukkan oleh Teman Bapak Kepala Sekolah yang memberikan support secara materi dan moril kepada Sekolah Muhammadiyah, terutama setelah wafatnya Bapak Hafan, sang Kepala Sekolah.
16. Kerja Keras. Walau gaji yang tidak memadai, sang Ibu Guru tetap bisa mengajar dan mencoba mencari penghasilan tambahan dengan menjahit baju.
17. Cara mengajar yang unik. Sang Ibu guru mengajar mereka baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Juga Sang Guru dan Kepala sekolah sangat dekat dengan anak-anak. Pintar juga memotivasi anak-anak agar bersemangat dalam belajar. Julukan “Laskar Pelangi” pun diberikan sang Ibu Guru, karena kesukaan anak-anak melihat pelangi.
18. Mengejar cita-cita dan harapan setinggi langit. Akhirnya anak kampung, si Ikal mendapatkan beasiswa dan meneruskan studinya ke Paris, tempat yang ia idamkan sejak kecil.
19. ceria & bersemangat. itulah modal kehidupan, seperti dalam film, anak-anak bersemangat dan ceria dalam kesehariannya.
20. Cinta. Banyaknya masalah dan cobaan yang menerpa, tidak membuat Sekolah ditutup, karena kegigihan dan cinta untuk mempertahankannya.
2. Jangan Pernah Menyerah. Judul surat Ikal kepada Lintang. Juga sang Ibu Guru yang berusaha keluar mencari murid kesepuluh, agar sekolah tidak ditutup.
3. Memberilah sebanyak-banyaknya kepada orang lain, bukan menerima sebanyak-banyaknya dari orang lain. Pesan sang bapak kepala sekolah secara berulang-ulang kepada anak didiknya.
4. Memiliki keteguhan dan keyakinan akan prinsip hidup. Kecerdasan hati adalah yang utama, ujar Pak Hafan, sang kepala sekolah yang teguh mempertahankan pendirian sekolahnya.
5. Tetap berjuang walau tidak ada sandaran lagi. Ibu guru Muslimah yang merasa terpukul akibat wafatnya sang Bapak Kepala sekolah akhirnya kembali mengajar walaupun sendiri dan meneruskan perjuangannya.
6. Ikuti kata hati. Flo, akhirnya memilih sekolah dan teman-teman berdasarkan kata hati. Flo, cewek yang tomboi dan anak orang kaya pindah sekolah karena merasa asyik dan bahagia dengan teman-teman di sekolah Muhammadiyah.
7. Jangan menggantungkan nasib pada dukun. Karena nilai sekolah yang terus menurun & tidak percaya diri, Mahar & teman2nya pergi meminta bantuan dukun. Dan sang dukun pun memberikan mantra sakti.
8. Mantra sakti dari dukun. “Jika nak pandai, ya belajar. Jika nak sukses, ya usaha”.
9. Berani tampil beda & unik, tapi juga tidak asal-asalan. Karnaval dari sekolah Muhammadiyah benar-benar unik, walau sempat ditertawakan dengan gaya yang terlihat aneh, akhirnya mereka keluar sebagai pemenang.
10. Tidak malu atau merasa rendah. Walau miskin dan bersekolah di tempat yang tidak memadai, mereka bisa menjadi pemenang dalam lomba cerdas cermat.
11. Belajar Mandiri. Anak-anak telah belajar mandiri sejak kecil, terlihat dari karakter si Lintang.
12. Berani mengekspresikan perasaan. Cinta pertama terasa sangat indah, dan si Ikal tidak malu2 menunjukan rasa sukanya kepada Aling sampai akhirnya bisa ketemu bersama walau sebentar.
13. Mau berteman ( Friendly ). Terlihat pembauran etnis tionghua yang baik di film itu. Akiong membaur dengan baik dan tidak setiap orang tionghua itu orang kaya.
14. Inisiatif. Walau tidak ada guru yang masuk mengajar, anak-anak mengambil inisiatif sendiri untuk belajar bersama.
15. Dermawan. Ditunjukkan oleh Teman Bapak Kepala Sekolah yang memberikan support secara materi dan moril kepada Sekolah Muhammadiyah, terutama setelah wafatnya Bapak Hafan, sang Kepala Sekolah.
16. Kerja Keras. Walau gaji yang tidak memadai, sang Ibu Guru tetap bisa mengajar dan mencoba mencari penghasilan tambahan dengan menjahit baju.
17. Cara mengajar yang unik. Sang Ibu guru mengajar mereka baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Juga Sang Guru dan Kepala sekolah sangat dekat dengan anak-anak. Pintar juga memotivasi anak-anak agar bersemangat dalam belajar. Julukan “Laskar Pelangi” pun diberikan sang Ibu Guru, karena kesukaan anak-anak melihat pelangi.
18. Mengejar cita-cita dan harapan setinggi langit. Akhirnya anak kampung, si Ikal mendapatkan beasiswa dan meneruskan studinya ke Paris, tempat yang ia idamkan sejak kecil.
19. ceria & bersemangat. itulah modal kehidupan, seperti dalam film, anak-anak bersemangat dan ceria dalam kesehariannya.
20. Cinta. Banyaknya masalah dan cobaan yang menerpa, tidak membuat Sekolah ditutup, karena kegigihan dan cinta untuk mempertahankannya.
0Awesome Comments!